A-PENGANTAR
Berdasarkan
pengalaman mengelola kursus sejak tahun 1985 di Kebumen, LPK Intan sudah lebih
dari 27 tahun merasakan manis-pahit-getirnya mengelola kursus ketrampilan. Pada
tahun 1985 sampai 1990, LPK Intan Sruweng menggunakan kurikulum berbasis
Nasional dan telah berhasil meluluskan peserta kursusnya dalam Ujian Nasional
Akuntansi, Ujian Nasional Mengetik dan Ujian Nasional Bahasa Inggris yang
diselenggarakan oleh Depdikbud, baik tingkat Dasarsatu, Dasardua maupun tingkat
Terampil.
Selaras dengan
perubahan jaman, sejak tahun 1991 kursus mengetik berubah menjadi kursus
komputer, sementara kursus akuntansi berubah menjadi kursus menjahit, sehingga
LPK Intan sejak tahun 1991 menyelenggarakan kursus komputer, kursus bahasa
Inggris dan kursus menjahit. Kurikulum yang digunakan masih tetap berbasis Nasional
dan sekitar tahun 2005 sampai 2009 beralih menggunakan kurikulum kursus
berbasis kompetensi.
Mulai tahun 2010 LPK
Intan Sruweng turun ke desa-desa yang masyarakatnya melaksanakan kegiatan
pelatihan menjahit bekerjasama dengan PNPM (Program Nasional Pemberdayaan
Masyarakat). Ternyata banyak pengalaman baru yang diperoleh selama memberikan
kursus menjahit dari desa ke desa, setiap bulan pindah ke desa lain, mulai
tahun 2010, 2011 dan 2012, sampai memasuki desa-desa wilayah pegunungan di
Kabupaten Kebumen. Kurikulum yang digunakan berganti lagi yaitu kurikulum
berbasis interaksi.
B-KURIKULUM KURSUS
BERBASIS INTERAKSI
Kurikulum kursus
berbasis interaksi adalah kurikulum yang dibuat oleh Lembaga Kursus berdasarkan
interaksi dan wawancara dengan kelompok tertentu yang akan mengikuti kursus.
Misalnya kursus menjahit yang diselenggarakan oleh Lembaga Kursus bekerjasama
dengan PNPM atau perusahaan tertentu, maka arah dan tujuan kursus harus
diselaraskan dengan keinginan dari kelompok calon pesertanya, sehingga
kurikulumnya juga harus disesuaikan dengan kebutuhan tersebut. Yang dimaksud
kerjasama disini adalah Lembaga Kursus sebagai pihak yang memberikan bekal
ketrampilan kepada peserta kursus. Kemudian PNPM atau perusahaan lain sebagai
pihak yang memberikan dana dalam pelaksanaan kursus, dan masyarakat atau
karyawan perusahaan yang dikursuskan adalah sebagai pihak yang sedang
diberdayakan dalam rangka peningkatan sumber daya manusia, supaya bisa lebih
produktif di kemudian hari.
C-HIKMAH MENGGUNAKAN
KURIKULUM BERBASIS INTERAKSI
Menggunakan kurikulum
kursus berbasis interaksi membawa hikmah dan pengalaman baru yang mengesankan karena
dapat mengetahui apa yang dikehendaki calon peserta kursus, baik yang
diinginkan masyarakat maupun perusahaan. Disini justru Lembaga Kursus yang harus
melayani harapan dan keinginan masyarakat calon peserta kursusnya. Jadi kebalikan dari kurikulum yang sudah
ditentukan sebelumnya baik nasional maupun yang berbasis komptensi, dimana
masyarakat peserta kursus yang harus mengikuti kurikulum yang telah ditentukan
tersebut.
Hikmah dan pengalaman
baru yang dapat diambil dari penggunaan kurikulum berbasis interaksi antara
lain, Lembaga Kursus dapat mengetahui warna dan kurikulum kursus model apa yang
dikehendaki oleh masyarakat calon peserta kursus, antara lain:
1. Masyarakat
calon peserta kursus menghendaki, agar waktu untuk kursus bisa lebih cepat
(hanya sekitar satu bulan lamanya), materi kursusnya bisa lebih mudah dipahami
dan hasil praktek latihan peserta kursus nyata bisa dirasakan adanya. Kursus
menjahit yang hanya berlatih sekitar satu bulan lamanya, peserta kursusnya
menghendaki agar baju hasil praktek latihannya sudah layak bisa dipakai pada
saat hari penutupan pelatihan. Jadi pada hari penutupan pelatihan menjahit,
semua peserta wanita diwajibkan memakai busana rok dan kebaya hasil praktek
buatan sendiri, demikian halnya semua peserta pria diwajibkan memakai busana
kemeja dan celana panjang hasil praktek buatan sendiri pula.
2. Selama
pelatihan menjahit program PNPM berlangsung, banyak pihak telah hadir ke tempat
latihan memonitor proses pelaksanaan kegiatan pelatihan tersebut, baik dari UPK
di tingkat Kecamatan, Team monitoring dari LSM, juga para tokoh masyarakat di
desa yang bersangkutan, kesemuanya hadir saling bergantian pada hari yang
berbeda, seolah sudah diatur menurut jadwal monitoringnya. Semua dapat
menyaksikan, bahwa baju yang dibuat betul-betul hasil praktek peserta kursus
sendiri, mulai dari mengambil ukuran badan, membuat gambar pola, mengolah pola
dan menjahitnya sampai menjadi baju jadi yang siap dipakai.
3. Pada
hari penutupan pelatihan menjahit semua peserta kursus diwajibkan memakai
busana hasil praktek buatannya sendiri, dengan tujuan:
a. Pihak
peserta kursus lebih bersemangat dalam latihan, karena kalau hasil prakteknya
belum baik akan merasa malu memakai baju buatan sendiri, terlebih dilihat
banyak orang yang hadir dalam acara penutupan pelatihan.tersebut.
b. Pihak
yang memberi dana pelatihan, baik sebuah proyek yang sedang memberdayakan
masyarakat maupun perusahaan yang sedang meningkatkan SDM karyawannya, dapat
memberikan penilaian terhadap pelatihan yang dilaksanakan, antara lain:
· Kalau
jahitan baju masih kurang rapi tentu dapat dimaklumi, karena peserta masih dalam
tahap latihan menjahit. Nanti setelah berulang kali praktek menjahit, tentu
hasil jahitannya akan semakin rapi dengan sendirinya.
· Kalau
bentuk baju yang dibuat belum mapan di tubuh pemakainya tentu tidak akan dapat
dimaklumi, karena hal ini merupakan kesalahan Lembaga Kursus dalam melatih cara
menggambar bentuk pola pakaian. Meskipin nantinya peserta kursus sudah
berkembang hasil jahitannya sudah rapih, namun baju yang dibuat tetap tidak
bisa mapan ditubuh pemakainya.
· Kerapihan
jahitan baju dapat diperoleh dengan pengalaman sering menjahit baju, sedangkan kemapanan
baju dibadan pemakainya diperoleh dari ilmu pengetahuan cara menggambar pola
baju yang benar.
c. Pihak
Lembaga Kursus yang memberikan pelatihan mendapat tantangan baru untuk selalu
memperbaiki diri, agar bisa memberikan pelayanan yang terbaik sesuai kebutuhan
peserta kursusnya, baik dari masyarakat umum maupun dari karyawan perusahaan
tertentu.
E-KUNCI
INTI MENJADI MANUSIA SIAP KERJA
Masyarakat
sekarang sudah semakin kritis, mereka mengikuti pendidikan, pelatihan dan
kursus tujuan utamanya adalah supaya dapat menjadi MANUSIA SIAP KERJA, sehingga
dapat bekerja dan punya penghasilan, baik dengan cara wirausaha mencipta
pekerjaan sendiri maupun dengan bekerja kepada pihak lain.
Kunci-inti
bisa menjadi manusia siap kerja sebenarnya sangatlah sederhana, silakan
direnungkan untaian kalimat sederhana berikut ini.
Orang
bekerja selalu menggunakan alat kerja. Dari waktu ke waktu alat kerja selalu
berkembang selaras dengan kemajuan jaman. Alat kerja masa lalu berbeda dengan
alat kerja masa sekarang dan berbeda pula dengan alat kerja masa mendatang…
Siapa
yang siap kerja pada masa lalu? Hanya mereka yang bisa menggunakan alat kerja
masa lalu.
Siapa
yang siap kerja pada masa sekarang? Hanya mereka yang bisa menggunakan alat
kerja masa sekarang.
Siapa
yng siap kerja pada masa mendatang? Hanya mereka yang bisa mengunakan alat
kerja masa mendatang.
Barang
siapa tidak bisa menggunakan alat kerja dijamin tidak akan bisa bekerja, karena
orang kerja itu selalu menggunakan alat kerja, berlaku untuk siapapun,
dimanapun dan kapanpun…
Semoga
dengan merenungkan untaian beberapa kalimat diatas, semua bisa merenungkan apa
sebenarnya kunci inti menjadi manusia siap kerja…
Selanjutnya,
silakan renungkan kembali untaian kalimat sederhana berikut ini untuk
memperoleh apa sebenarnya kunci inti kesempatan kerja.
Saya
sudah siap kerja dan dapat menggunakan alat kerja masa kini, kenapa tetap belum
bisa bekerja, kalau melamar kerja selalu ditolak, gagal tidak bisa diterima.
Kenapa menjadi sulit mendapatkan pekerjaan?
Karena
lowongan kesempatan kerja yang tersedia hanya untuk lima orang, sementara yang
melamar kerja ada tiga puluh orang. Kalau saja lowongan kerjanya tersedia untuk
tiga puluh orang tetapi yang melamar baru ada lima orang, mungkin bisa diterima…
he-he-he…
Meskipun
sambil tertawa, kalimat diatas bukanlah kalakar, tetapi merupakan kunci inti
yang sebenarnya. Untuk bisa bekerja kepada pihak lain, selain sudah siap kerja
masih ada syarat lain, adakah kesempatan kerja yang dibuka oleh pihak lain,
jadi masih tergantung kepada pihak lain.
Kalau
ingin dijamin bisa bekerja, ciptakan pekerjaan untuk dirinya sendiri dengan
wira usaha…
F-PENUTUP
Apa
yang diuraikan diatas sebenarnya merupakan hasil pengalaman berinteraksi
wawancara dengan msyarakat di pedesaan, dalam rangka menyusun kurikulum kursus
menjahit berbasis interaksi.
Untuk melihat kurikulum tersebut silakan
KLIK DISINI, Kurikulum Kursus Berbasis Interaksi (Bagian 2)
KLIK DISINI, mesin jahit multi fungsi
Untuk melihat kurikulum tersebut silakan
KLIK DISINI, Kurikulum Kursus Berbasis Interaksi (Bagian 2)
KLIK DISINI, mesin jahit multi fungsi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar